Porsche Macan: SUV "Rasa" Sportscar | MOBILVAGANZA
Menu

Porsche Macan: SUV "Rasa" Sportscar



Seperti mengendarai 911 chubby, pemilik Cayenne seharusnya cemburu.

Pilih mengendarai Porsche Macan, berwisata ke Leipzig, atau makan malam bersama Maria Sharapova? Mungkin sulit menentukan pilihan, kecuali menghitung kancing di kemeja. Namun saya akan memilih; Mengendarai Porsche Macan di Leipzig didampingi Maria Sharapova, kemudian menuju Auerbachs Keller untuk makan malam.
Hampir bisa dipastikan Anda menuduh, saya sedang berhalusinasi. Benar saya berhalusinasi! Tepatnya, setengah berhalusinasi yaitu pada bagian; didampingi Porsche Brand Ambassador tersebut dan makan malam di restoran favorit Johann Wolfgang von Goethe itu. Sisanya bukan halusinasi, saya mendapat kesempatan menjajal Porsche Macan di Leipzig. Dan itu sudah terjadi pada medio Februari lalu, sekaligus saya menjadi orang Indonesia pertama yang mengendarai Porsche Macan.
Mengapa mengendarainya seolah menjadi sesuatu yang istimewa? Pertama, SUV kompak ini paling dinanti karena sebelum masuk jalur produksi sudah tebar pesona dengan kemungkinan-kemungkinan kelebihannya. Alasan kedua, kesuksesan yang diraih Cayenne dan Macan pun menjadi kunci strategi ekspansi Porsche. Padahal sebelumnya mayoritas publik otomotif pesimis Cayenne bisa berhasil, bahkan para purist Porsche menyikapinya dengan sinis. Sebab—betapapun— image sudah begitu kuat bahwa Porsche adalah pembuat sportscar.
Ketiga, menarik bagi dunia otomotif tanah air sebab nama mobil tersebut dicomot dari bahasa Indonesia; Macan, sebelumnya dinamai Cajun—Cayenne Junior. Hanya saja pihak Porsche melafalkannya bukan “macan”, tapi “ma-kahn” yang terdengar di telinga kita menjadi “makan”. “Kami dan di Eropa melafalkannya ‘ma-kahn’. Saya tahu di negara Anda berarti eating (makan) dan saya berharap Anda tidak meninggalkan kami (tidak menyukainya) hanya karena masalah pengucapan tersebut. Yang paling penting adalah kami menawarkan produk dengan desain, kualitas, dan cita rasa pengendaraan terbaik,” kata Direktur Product & Technical Communications Porsche Thomas Becki, yang duduk berdampingan dengan saya saat makan malam di Leipzig.
Okay…saya setuju dan percaya Porsche bisa memberikan itu; sportscar-nya telah membuktikan hal tersebut. Terlebih Vice President Porsche Style Michael Mauer jauh-jauh hari mengatakan; "Macan harus lebih ciut dari Cayenne. Harus lebih sporti dari BMW X3, di medan off-road lebih menggaruk dari Mercedes GLK, lebih kanibal dari Audi Q5, dan lebih menggugah dibanding Evoque.”
Untuk membuktikan semua itu, pada pertengahan Februari Porsche menyediakan 20 Macan untuk dijinakkan oleh sekitar 40 jurnalis dari Asia-Pasifik. Tidak tanggung-tanggung Porsche menyediakan tiga arena sekaligus untuk dicabik; jalan tol plus sedikit jalan desa, sirkuit, dan medan light off-road.
Di hadapan mobil yang tampilannya tidak seseram binatang macan. Menurut saya, Porsche Macan itu ganteng cenderung manis tapi strong dan best-looking dibanding Cayenne. Proporsi Macan sempurna dari semua sudut, berdaging, serta memperlihatkan sosok yang tegas dan fokus baik di atas aspal maupun jalan tanah. Garis jendela samping dan atap mengingatkan saya pada sebuah coupe. Sayap sampingnya bergaya 911. Alur desainnya mengadopsi gaya Porsche terkini degnan mendorong 918 Spyder jauh kedepan. Pada fascia depan hidung Macan terinspirasi Cayenne dengan lampu depan berbentuk teardrop. Bonnet kulit kerang—dengan insulator campuran aluminium dan butyl—membantu fascia depan menjadi clean dengan kontur permukaan atas tanpa putus. Bibir spoilernya mengikuti gaya 918 Spyder. Elemen desain C-blades dipasang pada air intake.
Pada sektor samping di bawah pintu tersemat aksen—yang disebut Porsche—“sideblade”. Bagian ini dicat dengan warna Lava Black pada Macan S dan Macan S Diesel serta sewarna bodi pada Macan Turbo. “Sideblade” sewarna bodi ini opsional untuk Macan S dan Macan S Diesel. Porsche juga menawarkan “sideblades” serat karbon sebagai opsional. Sedangkan di bagian buritan terpasang lampu horizontal lebih segar dan crispy ketimbang miliknya Cayenne. Dan, bentuk pusatnya yang menyisip tidak hanya memberikan keunggulan pada LED bar, tapi juga menjaga kebersihan lampu dari cuaca buruk. Penampilan luar Porsche Macan bisa dirangkum ke dalam dua kata; lebar dan rendah layaknya sebuah sportscar.
Saatnya membuktikan! Masuk ke dalam kabin Macan. Bagi yang pernah berada di dalamnya, suasana yang terbangun terasa akrab. Garis-garis modern, transisi berpresisi tinggi, dan pengerjaan yang terampil menciptakan kombinasi harmonis dari karakter sporti, kualitas, dan kenanggunan a la Porsche. Tiga bulatan pada tachometer terpadu apik dengan instrument cluster. Terpasang di dashboard layar multifungsi 2,8-inci. Konsol tengahnya yang landai dipenuhi berbagai tombol kontrol pengoperasian. Dan yang paling menggelegar adalah sound system Burmester dengan total output 1.000-watt, setara kualitas home theatre di rumah Anda.

Saya duduk di kokpit pengemudi berlapis Alcantra yang adaptif dengan 18-way eletrik, untuk jok belakang opsional. Bertengger di hadapan saya roda kemudi dengan desain sepenuhnya baru dan dibuat berbasis 918 Spyder. Setir ini dilengkapi paddle-shift dan sistem multifungsi misalnya untuk pengoperasian sistem audio, komputer on-board, dan telepon.
Sejurus kemudian tangan kiri menjulur memasukkan kunci ke lubang di sebelah kiri kemudi dan memutarnya. Senyap! Tak terdengar suara apapun dari balik bonnet, padahal saya duduk di jok Macan S Diesel. Perlahan saya, keluar dari “sarang” Porsche di Leipzig; yang memproduksi Panamera, Cayenne, serta Macan. Saking halusnya, ujung kaki saya hampir tidak merasakan getaran mesin turbo V6 3,0-liter bertenaga 258hp. Pada kecepatan rendah dan tekanan gas moderat perpindahan gigi terasa halus tanpa lag, baik up-shift maupun down-shift. Output dari mesin yang disalurkan ke sistem penggerak semua-roda (AWD)—yang dilengkapi Porsche Traction Management (PTM)—melalui transmisi 7-speed PDK kopling-ganda tidak pernah putus.
Ada satu yang paling saya suka; semburan torsinya bukan hanya unggul di atas kertas dengan catatan 580Nm (pada  1.750-2.500rpm). Tipe diesel memiliki torsi terbesar dibanding Macan Turbo sekalipun yang 550Nm (pada  1.350-4.500rpm) dan Macan S 460Nm (pada 1.450-5.000rpm). Hentakannya sudah terasa pada putaran mesin bawah. Injak pedal gas lebih dalam agak kasar maka lapisan jaket di punggung saya sedikit merapat ke sandaran, kendati tak membuat wajah jadi mendongak. Lain cerita jika membejek dengan kuat, kepala pun lumayan meregang ke belakang tapi tidak sampai menempel di headrest.
Jalan lengang sangat menggoda, hanya beberapa kendaraan yang berseliweran. Tapi, di pinggir jalan terpampang peringatan batas kecepatan. Saya tak ingin kena tilang di negara orang. Di sini saya hanya bisa menjajal agility. Kemudinya presisi dan komunikasi dengan tapak ban di permukaan aspal sampai ke tangan. Lincah, serasa sedang bermanuver dengan small sedan. Akurasi electronic power steering begitu indah, dengan rasio kalibrasi sangat teliti, dan feedback yang kental.
Kemudian GPS mengarahkan saya untuk masuk ke jalan tol dan di depan tikungan menunggu. Saya arahkan jarum di speedometer ke angka 70. Tidak berani lebih dari itu, karena masih ingat bahwa yang saya kendarai—meski kompak—sebuah SUV. Ternyata Macan mengelabui saya, sama sekali tidak ada efek body roll dan limbung. Saya menyesal, mengapa tidak memacunya lebih cepat dari 70km/jam saat masuk dan keluar dari tikungan?
Hal itu terjadi tak lepas dari usaha Porsche merancang Macan dengan pusat gravitasi (center of gravity) yang rendah. Namun, juga memiliki ground clearance cukup tinggi untuk kenyamanan pengendaraan dan melintasi medan off-road ringan. Macan S dibekali suspensi per baja ringan yang mampu memberi keseimbangan bagus antara performa, kesenangan berkendara, off-roading, dan kenyamanan.
Namun pada tipe tertinggi, Macan Turbo, dibekali sistem suspensi Porsche Active Suspension Management (PASM) dengan mode Comfort, Sport, dan Sport Plus yang secara elektronik mengatur tingkat kekerasan suspensi. Porsche juga menawarkan suspensi udara (pertama di kelasnya) yang bersinergi dengan PASM, sistem leveling, dan penyesuaian tinggi; tapi sebagai opsional.
Suspensi udara didudukkan 15mm lebih rendah daripada dudukan suspensi Macan dengan per standar. Ground clearance pun dapat disesuaikan menjadi tiga tingkat yang berbeda; High Level, Normal Level, dan Low Level. Pada High Level lebih tinggi 40mm di atas Normal Level dengan ground clearance maksimal 230mm. Untuk mengaktifkannya dengan memencet tombol off-road di konsol tengah dan bisa digunakan pada kecepatan 0 hingga 80km/jam. Saat Anda menekan tombol Sport Plus maka ground clearance Macan akan memendek hingga 10mm pada Low Level maksimal 180mm. Ia makin merebah dan mencengkeram untuk meningkatkan aerodinamika dan stabilitas pada kecepatan tinggi.
Masuk jalan tol saya masih dalam posisi mode pengendaraan normal. Tekan dalam-dalam pedal gas. Mesin diesel langsung merespon sehingga Macan berlari kencang dan dengan segera jarum speedometer menyentuh angka 200. Lirik monitor di dashboard, ternyata sisa jarak jalan tol tinggal sedikit. Kaki di pedal gas perlahan diangkat kemudian saya pencet tombol Plus. Selang sebentar kembali saya hunjamkan ujung kaki dan wuuussss…Mesin bekerja lebih keras serta suspensi mengeras. Mobil melesat seperti macan lapar yang sedang mengejar mangsa. Dalam beberapa detik saya sudah melaju dengan kecepatan 220km/jam. Sebetulnya saya masih punya keberanian untuk meluncurkanya lebih cepat, tapi perempuan “juru bicara” GPS memerintahkan agar di depan keluar dari jalan tol.
Oh yah…ada yang lebih saya sukai. Yakni, pada kecepatan tinggi masih bisa dirasakan hentakan torsinya, ketika memain-mainkan pedal gas. Porsche mengklaim, dengan paket Sport Chrono Macan S Diesel mampu bergerak dari diam hingga 100km/jam dalam 6,1 detik. Dengan paket yang sama Macan Turbo meraih catatan waktu 4,6 detik. Sayang, saya tidak merasakan sensasi Macan Turbo dalam kondisi seperti itu. Karena, di setiap momen bertukar mobil Macan Turbo sedang dijajal jurnalis lain.
Tak soal. Saya masih punya kesempatan mencobanya di sirkuit proving ground milik Porsche, sepanjang 2,5km. Sirkuit ini memiliki tikungan yang mirip dengan yang terdapat di trek terkenal kelas dunia, yaitu Corkscrew di Laguna Seca, AS dan Parabolica-nya Monza di Italia. Dengan terpaksa saya harus menunda hasrat untuk langsung menyiksa Macan Turbo. Saya kebagian Macan S. Setelah penjajakan, baru kemudian diberi kesempatan untuk mengeksplorasi handling dan performa mesin biturbo V6 3,0-liter. Mesin ini berdaya maksimal 340hp (pada 5.500-6.500rpm) dengan konsumsi BBM 11,1 hingga 11,4 km/liter. Dua putaran untuk penjajakan. Pada lap- lap berikutnya baru terasa perbedaan dengan Macan S Diesel yang coba sebelumnya. Versi diesel terasa lebih powerful. Saya pikir dengan jumlah tikungan lebih banyak ketimbang trek lurus, Macan S Diesel bakal lebih menyenangkan dalam merobek permukaan sirkuit tersebut. Tapi, di sirkuit ini Macan S berhasil meyakinkan bahwa mobil ini merupakan SUV kompak paling lincah yang pernah saya kendarai. Bukan masalah besar bagi Macan untuk melibas tikungan dalam kecepatan tinggi; renyah saat ditekuk di tikungan kendati terasa sedikit gejala body-roll.
Lebih hebat lagi saat berada di balik kemudi Macan Turbo. Ia jauh lebih cepat dan mudah bergerak dari satu tikungan ke tikungan berikutnya. Mode Sport Plus Macan Turbo menghadirkan kelincahan dan grip luar biasa, sama sekali tidak mengeluarkan decitan dari ban. Salah satunya berkat kontribusi sistem PASM dan suspensi udara opsional, yang mereduksi wheelspin di tikungan dengan mentransfer power ke roda depan untuk mencapai apa yang disebut Porsche sebagai “optimum lateral support”. Respons instan throttle baik Maca S maupun Turbo sangat menajubkan. Tidak ada turbo lag, bahkan setelah pengereman dan kemudian harus kembali bejek gas. Aliran tenaga sangat linier tanpa ada drop di tiap putaran mesin.

Dan, yang paling merdu adalah bunyi tendangan knalpot yang berulang saat down-shift menjelang tikungan, sepertinya tipe ini tak perlu lagi dipasangi paddle-shift. Terutama saat usai melahap sebuah trek lurus sekitar 400 meter dalam kecepatan tinggi yang kemudian dihadapkan pada tikungan menanjak…fiuuuh dahsyatnya. Darah makin berdesir, belum sempat menarik nafas di puncak tanjakan, hidung Macan berkonfrontasi dengan tikungan ke kiri nyaris berbentuk angka tujuh. Hasrat untuk terus merobek sirkuit, emosi yang menggelora, ekstase saat merasa mendekati batas traksi, dan sedikit rasa takut bercampur menjadi satu. Memang Macan bisa mengoyak sirkuit, tapi tidak bisa sempurna. Anda masih membutuhkan 911 jika benar-benar serius di trek untuk mendapat nilai sempurna.
Ups…tentu sebagai mobil ber-genre SUV Porsche Macan mempunyai kapabilitas di medan off-road. Di trek sepanjang 6-km milik Porsche Macan memperlihatkan ability-nya mendaki plus menuruni tanjakan curam, naik-turun medan berbatu, dan merayapi jalan dengan kemiringan 25 derajat. Setelah menekan tombol off-road di konsol tengah, tidak sulit bagi Macan untuk menaklukkan hambatan-hambatan itu. Sebab trek bekas tempat latihan militer Rusia tersebut masih tergolong light off-road, relatif cukup representatif untuk menguji kapabilitas sebuah SUV kompak.
Namun, betapapun, Porsche Macan sanggup menghidupkan setiap huruf dari akronim SUV yang bercitarasa sebuah sportscar. Sekaligus berpeluang menjadi senjata ampuh untuk “menghancurkan” lawan-lawannya; seperti kapal selam Jerman yang ditakuti AS dan sekutunya dalam Perang Dunia II.

Porsche Macan 2015
Harga dasar                                      US$50.895-US$73.295
Layout kendaraan                            Mesin depan, AWD, 5-penumpang, SUV
Mesin                                                 V6 3,0-liter/340hp/460Nm twin-turbo;
V6 Diesel 3,0-liter/258hp/580Nm twin-turbo; V6 3,6-liter/400hp/550Nm twin-turbo
Transmisi                                          AT 7-speed twin-clutch
Bobot kosong                                    1.865kg (Macan S); 1.925kg (Macan Turbo); 1.880kg (Macan S Diesel)
Wheelbase                                         2.807mm
Dimensi (PxLxT)                              4.681 x 1.923 x 1.624mm
Akselerasi 0-100km/jam                   Paket Sport Chrono: 5,2 detik (Macan S); 4,6 detik   (Turbo); 6,1 detik (Diesel)
Konsumsi BBM (kota/tol)                11,1-11,4 (Macan S); 10,8-11,2 (Turbo); 15,8-16,4 (Diesel)
Dijual di Indonesia                            Kuartal Pertama 2014

Share This:

Post Tags:

No Comment to " Porsche Macan: SUV "Rasa" Sportscar "

  • To add an Emoticons Show Icons
  • To add code Use [pre]code here[/pre]
  • To add an Image Use [img]IMAGE-URL-HERE[/img]
  • To add Youtube video just paste a video link like http://www.youtube.com/watch?v=0x_gnfpL3RM